JUAL BELI LELANG
Tanya :
Adakah jual beli lelang dalam
Islam? Mohon dijelaskan (Hawari, Yogya)
Jawab :
Lelang adalah salah satu jenis
jual beli di mana pembeli menawarkan barang di tengah keramaian lalu para
pembeli saling menawar dengan harga lebih tinggi sampai pada batas harga
tertinggi dari salah satu pembeli, lalu terjadi akad dan pembeli tersebut mengambil
barang dari penjual (Abdullah al-Mushlih & Shalah ash-Shawi, Fikih
Ekonomi Keuangan Islam (Maa Laa Yasa’u al-Taajir Jahlahu), Jakarta : Darul
Haq, 2004, hal. 110).
Lelang ada dalam Islam dan
hukumnya boleh (mubah). Ibnu Abdil Barr berkata,"Sesungguhnya tidaklah
haram menjual barang kepada orang yang menambah harga, demikianlah menurut
kesepakatan ulama." (innahu laa yahrumu al-bai’u mimman yaziidu
ittifaaqan) (Subulus Salam, Juz III/23).
Dalam kitab-kitab fiqih atau
hadits, jual beli lelang biasanya disebut dengan istilah bai’ al-muzayadah
(Lihat Imam Ash-Shan’ani, Subulus Salam, Juz III/23; Imam Asy-Syaukani, Nailul
Authar, hal. 1044-1045, hadits no. 2211; Syaikh Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh
‘Ala al-Madzahib Al-Arba’ah, Juz II/257).
Dalil bolehnya lelang adalah
as-Sunnah. Imam Bukhari telah membuat bab dengan judul Bab Bai’
Al-Muzaayadah dan di dalamnya terdapat hadits Anas bin Malik RA yang juga
diriwayatkan oleh Imam Ahmad (Musnad, III/100 & 114), Abu Dawud, no.
1641; an-Nasa`i, VII/259, at-Tirmidzi, hadits no. 1218 (Lihat Imam
Ash-Shan’ani, Subulus Salam, Juz III/23; Abdullah al-Mushlih &
Shalah ash-Shawi, ibid., hal. 111).
Anas bin Malik RA meriwayatkan
bahwa ada seorang lelaki Anshar yang datang menemui Nabi SAW dan dia meminta
sesuatu kepada Nabi SAW. Nabi SAW bertanya kepadanya,"Apakah di rumahmu
tidak ada sesuatu?" Lelaki itu menjawab,"Ada. Dua potong kain, yang
satu dikenakan dan yang lain untuk alas duduk, serta cangkir untuk meminum
air." Nabi SAW berkata,"Kalau begitu, bawalah kedua barang itu
kepadaku." Lelaki itu datang membawanya. Nabi SAW bertanya,"Siapa
yang mau membeli barang ini?" Salah seorang sahabat beliau
menjawab,"Saya mau membelinya dengan harga satu dirham." Nabi SAW
bertanya lagi,"Ada yang mau membelinya dengan harga lebih mahal?"
Nabi SAW menawarkannya hingga dua atau tiga kali. Tiba-tiba salah seorang
sahabat beliau berkata,"Aku mau membelinya dengan harga dua dirham."
Maka Nabi SAW memberikan dua barang itu kepadanya dan beliau mengambil uang dua
dirham itu dan memberikanya kepada lelaki Anshar tersebut… (HR Ahmad, Abu
Dawud, an-Nasa`i, dan at-Tirmidzi) (Lihat Abdullah al-Mushlih & Shalah
ash-Shawi, ibid., hal. 111).
Hadits di atas adalah satu
dalil di antara dalil-dalil yang membolehkan jual beli lelang (bai’
al-muzaayadah).
Sebagian ulama seperti
an-Nakha`i memakruhkan jual beli lelang, dengan dalil hadits dari Sufyan bin
Wahab bahwa dia berkata,"Aku mendengar Rasulullah SAW melarang jual beli
lelang." (sami’tu rasulallah SAW nahaa ‘an bai’ al-muzayadah). (HR
Al-Bazzar). (Lihat Imam As-Suyuthi, Al-Jami’ Ash-Shaghir, Juz
II/191).
Namun pendapat itu lemah
karena dalam isnad hadits ini terdapat perawi bernama Ibnu Lahi’ah sedang dia
adalah perawi yang lemah (dha`if) (Imam Ash-Shan’ani, Subulus Salam,
Juz III/23; Imam Asy-Syaukani, Nailul Authar, Beirut : Dar Ibn Hazm,
2000, hal. 1045). Wallahu a’lam
Yogyakarta, 8 Pebruari 2007
Muhammad Shiddiq al-Jawi