Hukum Menelan Darah Rosul
Tanya :
Dalam Perang Uhud, Malik bin Sinan
menelan darah Rasulullah SAW. Bagaimana hukumnya? (X, Jakarta)
Jawab :
Benar bahwa Malik bin Sinan
(ayah Abu Said Al-Khudri) dalam Perang Uhud telah menelan darah Rasulullah SAW
yang keluar dari luka di pipi beliau. (Ibn Qayyim, Zadul Ma`ad, 3/94;
Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, Ar-Rahiqul Makhtum, hal. 219; Qadhi
Iyadh, Asy-Syifa bi-Ta'rif Huquq Al-Mushthafa, hal. 40). Al-Mubarakfuri
menulis bahwa :
وامتص مالك بن سنان والد أبي سعيد الخدري الدم من وجنته صلى الله عليه وسلم حتى أنقاه، فقال:
(مُجَّه)، فقال:
والله لا أمجه، ثم أدبر يقاتل، فقال النبي صلى الله عليه وسلم:
(من أراد أن ينظر إلى رجل من أهل الجنة فلينظر إلى هذا)، فقتل شهيداً.
"Malik bin Sinan ayah Abu Said Al-Khudri
telah menyedot darah dari pipi Rasulullah SAW sampai menelannya. Nabi SAW
bersabda, "Ludahkanlah itu!" Malik bin Sinan menjawab,"Demi
Allah, aku tidak akan meludahkannya." Kemudian dia berbalik dan berperang.
Berkatalah Nabi SAW,"Barangsiapa ingin melihat seseorang dari penduduk
surga, hendaklah ia melihat orang ini," Malik bin Sinan kemudian mati
syahid." (Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, Ar-Rahiqul Makhtum,
hal. 219)
Bagaimana hukum menelan darah
Rasulullah SAW? Menelan darah Rasulullah SAW hukumnya boleh (mubah), karena
darah Rasulullah SAW adalah suci, bukan najis sebagaimana darah manusia
umumnya. (Mahmud Abdul Lathif Uwaidhah, Al-Jami' li Ahkam Ash-Shalah,
1/74). Hal ini termasuk dalam khususiyat yang hanya dimiliki Rasulullah SAW,
tidak dimiliki oleh manusia lainnya.
Imam Qadhi Iyad dalam kitabnya Asy-Syifa
bi-Ta'rif Huquq Al-Mushthafa, hal. 39 telah membuat satu pasal berjudul :
فصل في نظافة جسمه، و طيب رائحته، و نزاهته عن الأقذار و عورات الجسد
"Pasal Mengenai Kebersihan Tubuhnya, Kewangian Bau Badannya, dan Kebersihannya dari Kotoran-Kotoran dan Cacat-Cacat Tubuh."
Dalam pasal itu Imam Qadhi Iyad menyatakan salah satu khususiyat Nabi SAW sebagai berikut :
و أما نظافة جسمه، و طيب ريحه و عرقه، و نزاهته عن الأقذار و عورات الجسد ـ فكان قد خصه الله في ذلك بخصائص لم توجد في غيره
"Adapun kebersihan
tubuhnya, kewangian bau badannya dan keringatnya dan kebersihannya dari kotoran-kotoran
dan cacat-cacat tubuh, maka Allah telah mengkhususkan Nabi SAW dalam hal-hal
tersebut dengan khususiyat- khususiyat yang tidak dijumpai pada selain
beliau." (Qadhi Iyad, Asy-Syifa bi-Ta'rif Huquq Al-Mushthafa,
hal. 39).
Dalam pasal inilah, Imam Qadhi
Iyad menukilkan banyak riwayat-riwayat sebagai dalil bagi bab tersebut, di
antaranya adalah riwayat bahwa Malik bin Sinan yang menelan darah Rasulullah
SAW dalam Perang Uhud. Qadhi Iyad berkata :
و منه شرب مالك بن سنان دمه يوم أحد، و مصه إياه، و تسويغه صلى الله عليه و سلم ذلك له، و قوله
: لن تصيبه النار.
"Di antaranya riwayat mengenai ini adalah
tindakan Malik bin Sinan meminum dan menyedot darah Rasul SAW saat Perang Uhud,
dan adanya ijin Nabi SAW baginya melakukan itu, dan sabda beliau : "Dia tidak
akan terkena api neraka." (Qadhi Iyad, Asy-Syifa bi-Ta'rif Huquq
Al-Mushthafa, hal. 40).
Riwayat lain yang dinukilkan
Imam Qadhi Iyad adalah tindakan Abdullah bin Zubair yang meminum darah bekam
Rasulullah dan tindakan ini tidak diingkari oleh Rasulullah SAW (Ibid.).
Diriwayatkan pula bahwa ada
seorang wanita telah meminum air kencing Rasulullah SAW, maka Rasululah SAW
bersabda kepada wanita itu :
لن تشتكي وجع بطنك أبداً
"Kamu tidak akan pernah lagi mengeluhkan
sakit perutmu selama-lamanya." (Ibid.).
Imam Qadhi Iyad menyatakan
bahwa hadits wanita yang meminum air kencing Rasul SAW adalah hadits sahih,
yang menurut Ad-Daruquthni hadits ini dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim.
Nama wanita itu adalah Barakah (بركة).(Qadhi Iyad, Asy-Syifa bi-Ta'rif Huquq
Al-Mushthafa, hal. 40).
Dengan demikian, jelaslah
bahwa menelan darah Rasulullah SAW adalah mubah, karena darah Rasulullah SAW
tidak najis. Ini merupakan salah satu khususiyat Rasulullah SAW yang tidak
dimiliki oleh orang lain. Wallahu a'lam.
Bogor, 5 Mei 2008
Muhammad Shiddiq Al-Jawi